Peran
FAO dalam menangani krisis pangan di Ethiopia tahun 2006-2012
Latar Belakang
Isu
yang berkembang saat ini banyak yang menyangkut masalah food security yang terus berlanjut sampai saat ini. Masalah krisi
pangan menjadi isu yang sangat meresah masyarakat dunia. PBB
menbentuk sebuah organisasi khusus untuk menangani masalah pangan, yakni Food and Agriculture Organization (FAO).
FAO sendiri berdiri sejak tahun 1945 memiliki tujuan mambantu Negara-negara
berkembang dalam memperbaiki pertanian serta memastikan terpenuhinya nutrisi
yang baik untuk Negara anggotanya. Tapi saat ini FAO lebih focus pada masalah
kelaparan dan kemiskinan. FAO memiliki program kerja untuk memperbaik teknik
atau proses pertanian dengan demikian akan membantu Negara anggotanya
mengurangi krisis pangan. Krisis pangan adalah suatu proses penurunan asupan
pangan serta gizi kepada masyaraka.
Penyelesaian masalah krisis pangan
merupakan tanggung jawab dan tugas dari FAO dimana salah satu tujuan mulia FAO
adalah mengurangi masyarakat yang masih kekurangan pangan maksimal 50% dari
sebanyak 239 juta jiwa yang berada dikawasan Afrika Sub-Sahara yang dikenal
dengan istilah MGDs (Millenium Goal Developmens).
Menurut FAO salah satu factor yang menyebabkan terjadinya krisis pangan
diwilayah Afrika termasuk Ethiopia adalah makanan pokok utama, berupa gandum
yang mengalami peningkatan yang sangat tinggi dalam dua tahun terakhir hal ini
disebabkan terjadinya kemarau panjang.
Musim kemarau yang panjang di
Afrika juga memberikan pengaruh terhadap krisis pangan yang terjadi di Ethiopia,
tapi pada tahun 2007 terjadi perubahan iklim yang ekstrim sehingga menyebabkan
terjadi hujan deras yang pada akhirnya menyebabkan Ethiopia mengalami gagal
panen. Krisis pangan di Ethiopia dapat dilihat dari tahun 2005, kemudian
berlanjut ketahun berikutnya. Menurut Direktur Jendral FAO, Jacques Diouf ada 5 faktor yang
menyebabkan meningkatnya harga pangan saat ini. Pertama meningkatnya kebutuhan pangan dinegara-negara yang sedang
tumbuh perekonomiannya. Kedua
meninggakatnya kesejahteraan penduduk dinegara yang sedang tumbuh tersebut. Ketiga rendahnya stok pangan dunia. Keempat adanya bencana alam yang tidak
terduga, dan kelima adanya kebutuhan
sereal untuk bioenergi. Pada tahun 2007 sekitar 86 juta jagung untuk pangan
digunakan untuk menghasilkan energy alternative.
Ethiopia mengalami krisis pangan
disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan dan juga masalah krisis financial
dari Negara tersebut, hal ini merupakan tantangan baru bagi FAO bagaimana
menyelesaikan krisis pangan yang terjadi di Ethiopia. Untuk mewujudkan
masyarakat yang bebas dari masalah pangan FAO memiliki tantangan yang berat
sehingga menimbulkan pertanyaan dari penulis yaitu “ Bagaimana peran FAO dalam
menyelesaikan krisis pangan yang terjadi di Ethiopia dari tahun 2006-2012?”
Teori yang digunakan oleh penulis
ada teori Organisasi Internasional yang focus pada masalah Negara dilihat dari
perfektif ekonomi politik internasional.
Mereka setuju bahwa institusi internasional dapat membuat kerjasama lebih mudah
dan jauh lebih baik, tapi mereka juga tidak menyatakan institusi semacam itu
dapat menjamin tranformasi yang lebih kuantitaf dalam hubungan internasional.[1]
Menurut Keohane, Young, Rittberger, dan Levy institusi internasional merupakan
sebuah ciptaan dari Negara kuat, mereka merupakan kepentingan yang independen
dan mereka dapat memajukan kerjasama antar negar-negara.[2]
Menurut
kaum liberal isntitusional, institusi internasional merupakan suatu organisasi
internasional, seperti NATO,UE yang merupakan seperangkan aturan yang mengatur
tindakan Negara-negara dalam bidang tertentu, dan seperangkat aturan tersebut
disebut juga sebagai “rezim”.[3]
Pada kasus peneliti kali ini yakni FAO yang memiliki tujuan untuk mengurangi
krisis pangan dunia. OI memiliki kekuatan hukum untuk ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh sebuah Negara dan memberikan saran apa yang seharusnya dilakukan oleh
Negara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar