BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menghadapi
perkembangan industrialisasi yang terus meningkat dinegara-negara asia timur
membuat persaingan ketat terus terjadi. Banyaknya investor dan juga aliran dana
yang terus mengalir menunnjukkan perkembangan yang begitu pesat di
negara-negara Asia Timur. Saat ini China telah menjadi macan asia yang tumbuh
stabil dinegaranya. Banyaknya hasil produksi sebuah negara yang membuat
meningkatnya eksport ke negara lain merupakan salam satu bentuk dari kemajuan
industrialisasi di negara-negara tersebut.
Di
milenium baru ini, regionalisme telah mulai hadir di Asia Timur. Negara-negara
AsiaTimur telah berfokus pada cara-cara untuk memperluas perdagangan antar
daerah yang meliputi: pembentukan Perjanjian Perdagangan Regional/Regional
Trade Agreements (RTA) dalam bentuk Perjanjian Perdagangan Bebas/Free Trade
Agreements (FTA) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi/Economic Partnership
Agreements (EPA). Kecenderungan regionalisme telah menciptakan artian regional
yang mendalam dan artian global yang signifikan (Harvey dan Lee, 2002). Jepang,
Korea dan Cina dianggap sebagai aktor kunci dalam mewujudkan hal ini di Asia
Timur.
Diakui sebagai para pelaku utama
ekonomi dunia, Jepang, Cina dan Korea diasumsikan memiliki tanggung jawab yang
berat bagi kesejahteraan ekonomi di kawasan Asia Timur. Hal ini sangat jelas
bahwa regionalisme Asia Timur tidak dapat dipraktikkan tanpa dukungan dari negara-negara
ekonomi kuat ini. Kurangnya pengaturan kelembagaan di antara negara-negara
raksasa ini telah menghambat efek kesejahteraan secara keseluruhan bagi masyarakat
Asia Timur. Pendorong dibentuknya hubungan Cina-Jepang-Korea (CJK) saat ini adalah
pasar yang dalam artian tertentu tidak lagi cukup; yang harus didampingi dengan
regionalisme. Fokus utama dari regionalisme ini adalah untuk membuat
negara-negara ini tumbuh bersama sehingga dapat menyebar eksternalitas positif
di seluruh wilayah Asia Timur.
Dalam jangka panjang diharapkan CJK
akan memimpin regionalisme di Asia Timur. Makalah ini telah disusun sebagai
berikut. Bagian kedua mempelajari struktur ekonomi dan pola perdagangan di CJK.
Bagian ketiga menguji pengaruh keterbukaan dalam CJK terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara-negara tertentu. Bagian keempat menganalisis prospek peningkatan
kesejahteraan CJK dalam menciptakan efek spillover ke ASEAN-4, yang dalam tulisan
ini berfungsi sebagai proxy bagi negara-negara ASEAN. Menelusuri kembali
hubungan tiga negara pasca perang dunia, antara Jepang, Korea dan Cina telah
berkembang secara bertahap. Evolusi kegiatan perdagangan muncul dari orang-orang
Cina, yang memiliki transformasi substansial akan struktur perdagangan. Pada
awal 90-an, komoditas utama menyumbang lebih dari sepertiga dari total ekspor
Cina ke Jepang dan Korea. Di milenium baru ini, komoditas utama masih memuncaki
ekspor Cina ke Jepang dan Korea, yang secara meyakinkan diikuti oleh
pertumbuhan yang cepat dari produk mesin dan transportasi (Chan dan Chin Kuo, 2005). Dari
sudut pandang ini, perdagangan di kawasan Asia Timur Utara dianggap sebagai
sebuah gerakan substansial sebagai akibat dari pergeseran perdagangan menuju
struktur yang lebih maju. Munculnya Cina sebagai pusat manufaktur regional
merupakan faktor dominan yang memberikan kontribusi pergeseran perdagangan.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini akan membahas perkembangan industrialisasi yang terjadi
dinegara-negara Asia Timur yang membawa dampak bagi negara-negara tetangganya.
1.3
Tujuan Penulisan
Untuk
menambah pengetahuan tentang perkembangan industri yang terjadi di
negara-negara Asia Timur juga sebagai pelengkap dari mata kuliah Politik dan
Pemerintahan Negara-negara Asia Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Industrialisasi negara China
Saat
ini china telah menjadi macan asia yang terus mengembangkan perekonomiannya. China
melakukan trnsformasi besar-besaran disegala aspek ekonomi. China yang awalnya
melakukan industrialisasi secara tertutup pada tahun 1970-an, dimana china
menutup diri dari dunia internasional. Sejak akhir
tahun 1970-an China telah beralih dari negara yang tertutup menjadi sebuah
negara yang terbuka terhadap investor-investor asing.
Perekonomian China mulai berkembang pesat sejak pemerintahan Deng Xiaoping yang
mulai membuka China sebagai negara yang mengundang investor asing yang membawa
modal ke China dalam bentuk Foreign
Direct Investment (FDI). Hingga akhir tahun 1990-an China tercatat
sebagai negara tujuan FDI terbesar di kawasan Asia. Peningkatan perekonomian
ini didukung dengan manifestasi baru dari kapitalisme China, seperti;
perusahaan-perusahaan swasta, pabrik-pabrik ekspor, bursa saham dan lain-lain.
Reformasi yang dilakukan oleh
China untuk memperbaiki perekonomiannya pasca kebijakan ekonomi tertutup, diantaranya:
·
Melakukan
pengahapusan secara bertahap ketergantungan terhadap kegiatan pertanian
·
Melakukan
perluasan secara bertahap terkait dengan liberalisasi harga-harga
·
Desentralisasi
kebijakan fiskal
·
Menambahkan
kebijakan otonomi terhadap perusahaan-perusahaan negara
·
Membentuk
diversifikasi sistem perbankan
·
Mengembangkan
bursa pasar
·
Mempercapat
pertumbuhan sektor-sektor swasta
·
Membuka kegiatan
perdagangan asing dan investasi.
Pada
tahun 1990-an, china mencoba membuka diri untuk dunia internasional, dan China
menjadi tujuan awal dari investasi. Tapi investasi yang dilakukan memiliki
tantangan untuk pemerintahan China misalnya: kerusakan lingkungan dan
pengangkatan petani yang tadinya bekerja
dipertanian sawah dan ladang menjadi buruh pabrik menyebabkan terjadinya
kelaparan di China dan menewaskan 20.000 masyarakat China.
Penyelesaian masalah dichina
memberikan dampak pada perkembangan
proliverisasi Nuklir dan manufaktur terbaik, otomitif dan baja juga
menjadi industri yang berkembang cukup pesat di China, pemasokkan peralatan
militer, serta kloning teknologi yang menjadikan China semakin tumbuh dalam
industrialisasi.
Agar tidak tertinggal jauh dari
negara lain, China agresif mendorong BUMN melakukan reverse engineering dan membuat kebijakan transfer teknologi dengan
perusahaan multinasional. Contohnya penguasaan teknologi kereta api cepat. Pada
2004 Kementerian Kereta Api China menandatangani kontrak dengan Alstom untuk
membuat kereta api cepat CRH5 Pendolino dengan kecepatan 250 km/jam sebanyak 60
set, tetapi 51 set dibuat di dalam negeri dengan perjanjian transfer teknologi
kepada Changchun Railway Vehicle.
Pada 2005 Kementerian Kereta Api
menandatangani kontrak kembali dengan Siemens untuk membangun CRH3 Velaro
dengan perjanjian transfer teknologi kepada Tangshan Railway Vehicle. Kini China sudah menguasai teknologi industri
berat, komputer sampai nano technology.
saat ini, menurut Bank Dunia, China
tercatat sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di
dunia setelah Amerika Serikat. Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto China
mencapai 10 persen setiap tahunnya, sementara tingkat pertumbuhan industri
mencapai 17 persen. China juga mengukuhkan diri sebagai negara pengekspor dan
importir tebesar ketiga di dunia. Selama 30 tahun terakhir, China membebaskan
setidaknya 600 juta penduduknya dari kemiskinan.
Kehebatan ekonomi China adalah buah
dari program reformasi ekonomi yang dimulai pada 1979. Deng Xiaoping,
penggagasnya, meletakkan dasar bagi sistem ekonomi yang memungkinkan pasar bebas
dan industri kecil di pedesaan berkembang pesat di seluruh negeri. Sesungguhnya
usaha merombak total ekonomi China sudah pernah dilakukan ketika pemerintah
Sosialis Komunis memenangi revolusi pada 1949. Mao Zedong dan Zhou Enlai yang
berkuasa saat itu mencanangkan program The Great Leap
Forward (Lompatan Besar ke Depan) pada 1958. Mereka berharap China menjadi
negara industri maju dalam waktu singkat. Titik beratnya adalah pembangunan
ekonomi yang berfokus pada industri mesin dan baja, juga produksi pangan untuk
memenuhi kebutuhan domestik sekaligus ekspor.
Yang tak setuju program ini dihukum
mati. Menurut Dali Yang dalam bukunya Calamity and Reform in China, pada
1958 setidaknya 550.000 orang dieksekusi karena alasan ini. Untuk
merealisasikannya, pemerintah mengambil-alih lahan pertanian pribadi dan
membentuk sistem pertanian komunal. Sementara ratusan juta pekerja dikerahkan
demi tujuan industrialisasi. Kepala daerah berlomba-lomba menyenangkan pusat
dan memfokuskan energi tenaga kerja di wilayah masing-masing untuk memproduksi
besi dan baja. Di sisi lain pertanian terbengkalai, meski laporan ke pusat
produksi pangan berlimpah ruah.
Tahun 1959 terjadi wabah kelaparan
di China, yang terparah dalam sejarah dunia. The Great Leap Forward berujung bencana kelaparan terbesar –The Great Leap Famine. Menurut Yang,
para ahli memperkirakan bencana itu menelan korban jiwa antara 16,5 juta hingga
40 juta. Industrialisasi memang terjadi, namun menurut pengamat ekonomi
Bank Dunia Justin Yifu Lin dalam
tulisannya “China’s Miracle Demystified”,
dimuat dalam blogs.worldbank.org,
industri China saat itu membutuhkan sokongan yang amat besar dari pemerintah.
Industri yang baru berkembang diizinkan melakukan monopoli, diberi subsidi amat
besar, dan kerapkali pemerintah harus mengalokasikan sumberdaya ke banyak
perusahaan yang sebenarnya tak punya kontribusi. Ekonomi China memang
berkembang tapi amat jauh dari harapan.
Deng Xiaoping menyadari kelemahan
reformasi ekonomi ala Mao. Format ekonomi baru yang dia canangkan didasarkan
pada pemikiran bahwa ekonomi sosialis yang selama ini dianut China adalah salah
satu penyebab lambatnya pertumbuhan. Deng, yang memimpin China setelah Mao
wafat pada 1976, meyakinkan seluruh China bahwa sosialisme dan ekonomi pasar
bukan dua hal yang bertentangan. Suatu hari dia bahkan pernah berkata bahwa
“saripati dari sosialisme yang sesungguhnya adalah pembebasan dan pembangunan
sistem produksi”. Deng menyebut program reformasinya sebagai gaige
kaifang –reformasi dan membuka diri.
Investasi asing dilegalkan sejak
1979. Kebijakan ini memberikan dana segar yang dibutuhkan China untuk membangun
infrastruktur. Selain itu, sentralisasi pertanian dihapuskan dan pemerintah
memberi keleluasaan bagi industri swasta. Pada 1990 bursa saham pertama dibuka di
Shanghai, diikuti penjualan industri milik negara pada 1997. Sementara dalam
bukunya Chindia, Pete Engardio, jurnalis
senior Business Week menyebutkan kekuatan China terletak pada kemampuannya
memobilisasi modal serta tenaga kerja untuk membangun infrastruktur dan
berproduksi dalam jumlah besar. Saat ini China tercatat sebagai negara
manufaktur terbesar di dunia. Buruh yang dibayar sangat rendah, dengan
ketrampilan yang tinggi, menghasilkan barang-barang berkualitas setara yang
diproduksi negara maju tapi dengan harga jauh lebih murah. Hasilnya:
barang-barang made in China membanjiri dunia. Dari elektronik,
peralatan rumahtangga, tekstil, hingga otomotif.
Sama seperti Jepang, banyak
industri di China meniru produk-produk dari luar negeri. Bedanya, Jepang kemudian
mengembangkannya sementara China terang-terangan memalsukannya. Dalam Chindia,
Pete Engardio menulis bahwa pada 2003 perusahaan obat terkemuka AS, Pfizer,
harus menarik 16,5 juta tablet produknya karena ternyata palsu. Pada tahun yang
sama, di Brasil terbongkar pemalsuan besar-besar cartridge tinta
produksi Hewlett Packard.
Sejak 1996, di bawah tekanan
Amerika yang mengancam akan mengenakan sanksi terhadap barang-barang ekspornya,
pemerintah China memberlakukan serangkaian kebijakan dan hukum tentang
perlindungan hal kekayaan intelektual serta menghukum pelaku pemalsuan. Pada
2001 China juga membuat sebuah kerangka kerja untuk memenuhi standar
Kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang Perdagangan terkait
Aspek Hak Kekayaan Intelektual. Namuan menurut Letkol David J.Clark
dalam Product Counterfeiting in China and One American Company’s Response,
penegakan hukum lemah dan sanksi bagi para pemalsu relatif ringan. Kedua hal
itu membuat pemalsuan terus merajalela.
Perusahaan seperti Pfizer kemudian menyelesaikan masalah
itu sendiri. Simeon Bennett dalam “Pfizer Spies Find Spanish Villa, Gold Rolex
in Fake Viagra Bust” yang dimuatBusiness Week menulis bahwa
Pfizer menyewa mantan petugas pabean AS, agen FBI, ahli narkotika Turki, serta
mantan polisi Hong Kong untuk memburu para pemalsu. Sementara perusahaan besar
seperti Coca-Cola, Compaq, dan Gillette memutuskan untuk bergabung dengan
asosiasi khusus seperti Quality Brands Protection Committee atau
AntiCounterfeiting Coalition, Inc.
Pada 2004 dibangun “silicon valley” di Zhongguancun sebagai
kawasan teknologi tinggi dan pusat penelitian dan pengembangan kelas dunia.
Untuk akselerasi industrialisasi, pemerintah menggunakan kendaraan BUMN untuk
berinvestasi besar-besaran dan membentuk banyak perusahaan JV antara BUMN dan
MNC. Setelah kurang lebih 20 tahun, BUMN China termasuk perusahaan raksasa
dunia. Akselerasi industrialisasi akan terwujud apabila semua berkomitmen,
tidak hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga dari pemerintahan provinsi,
pemerintahan kabupaten, DPR, DPRD, lembaga hukum, termasuk para politisi
memahami pentingnya kebijakan industrialisasi.
Di luar masalah yang dihadapinya,
ekonomi China terus bertumbuh. Dalam tulisan “The Chinese Economic Miracle Can It Last?”, Burton G. Malkiel menyitir penerima Nobel Bidang Ekonomi tahun
1979, Sir W.Arthur Lewis, yang
mengatakan pentingnya budaya dalam menjelaskan mengapa bangsa yang satu
berkembang sementara yang lain stagnan. Kondisi yang dibutuhkan untuk
pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah penduduk yang punya etos kerja kuat,
komitmen pada pendidikan, kesadaran untuk mengambil risiko, dan semangat
kewirausahaan. Semuanya dimiliki China.
2.2
industrialisasi di negara Jepang.
Masyarakyat Indonesia pasti sudah
familiar dengan Toshiba, Panasonic, Toyota, dan Honda yang merupakan brand
ternama untuk peralatan-peralatan elektronik dan kendaraan bermotor dari
Jepang. Mereka adalah perusahaan-perusahaan besar Negeri Sakura yang bertumpu
pada kemampuan teknologi yang dikuasainya. Kemampuan mereka sudah dikenal dunia
sehingga menjadi barometer perkembangan industri dunia dan berada di jajaran
atas bisnis dunia.
keberhasilan perusahaan-perusahaan
Jepang ini adalah buah dari sistem kerja yang mereka jalankan. Sistem itu
sendiri tentu didukung nilai–nilai atau faktor–faktor yang merupakan bagian
dasar dari sistem yang ada. Faktor–faktor atau nilai-nilai inilah yang
dijalankan perusahaan–perusahaan Jepang sehingga mampu menjadi sistem dan
manajemen perusahaan yang kuat.
Konsep dan strategi manajemen perusahaan–perusahaan
Jepang sendiri sudah banyak dibahas dan dijadikan referensi berbagai kalangan,
seperti konsep Total Quality Management (TQM) yang dijalankan Toyota. Dan
konsep ini pasti didukung oleh nilai–nilai utama yang diwujudkan dalam praktik
yang konsisten dan mengakar, serta menjadi pola kerja perusahaan. Nilai-nilai
ini kemudian sejatinya menjadi faktor keberhasilan dan ketangguhan perusahaan
Jepang dalam bersaing di pasar internasional.
Untuk mengetahui nilai-nilai apa
yang ada di belakang kesuksesan perusahaan Jepang, penulis tertarik untuk
menganalisis paparan Hugo Lopez Araiza
Vega pada “AOTS 50th Anniversary”
di Tokyo, Jepang. Pada presentasinya, dia menjelaskan setidaknya tujuh nilai
utama yang dijalankan perusahaan Jepang yang membuat mereka menjadi perusahaan
kuat dan konsisten. Berikut nilai-nilai yang terpatri pada perusahaan-perusahaan
Jepang itu:
1). Long Term
Planning (Perencanaan Jangka Panjang)
Segala sesuatu bermula dari sebuah rencana, dengan
rencana yang baik dan matang maka tujuan yang ingin dicapai di awal akan
terwujud di akhir. Perencanaan yang baik membuat segala aktivitas menjadi
terstruktur dan dapat diketahui capaiannya. Konsep ini dijalankan dengan sangat
baik di perusahaan Jepang, terlihat ketika setiap divisi perusahaan memiliki
perencanaan atas apa yang akan mereka capai 10 tahun, satu tahun, bulanan,
bahkan harian, seehingga apa yang dikerjakannya hari ini mempengaruhi
perencanaan dan kinerja mereka untuk tahun mendatang.
2) Creativity
(Kreativitas)
Banyak yang beranggapan bahwa perusahaan Jepang
sering meniru atau mengambil ide negara lain. Pada dekade 50-an mungkin ini
benar, namun untuk kondisi sekarang perusahaan Jepang telah meletakkan
perhatian serius pada bidang riset dan inovasi. Sebagai contoh, Toyota sebagai
perusahaan pembuatan mobil terbesar di dunia mampu menghasilkan variasi jenis
mobil yang lebih banyak dibandingkan pesaingnya. Selain itu, perusahaan games
Nintendo juga mampu meluncurkan variasi jenis games yang sangat banyak setiap
tahun.
3) Shop-floor
Staff Quality (Kualitas Pegawai Tingkat Bawah)
Banyak perusahaan sering kali menggantungkan
pengambilan keputusan kepada pimpinan dan manager. Namun siapakah yang lebih
banyak mengetahui dan bersentuhan langsung dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Pastinya pegawai. Penilaian apakah satuperusahaan baik atau tidak,
paling mudah terlihat dari pelayanan pegawainya. Hal ini membuat perusahaan
Jepang sangat mempedulikan kualitas pegawainya dan seringkali menyelenggarakan
pelatihan dan pembinaan para pegawainya terutama pegawai tingkat bawah.
4) Outsourcing
Ketika sebuah perusahaan ingin mengembangkan
perusahaannya, maka yang diperlukan adalah peningkatan produksi. Dan ini
dicapai dengan dua cara. Pertama, menambah dan meningkatkan jumlah mesin, pekerja,
dan fasilitas yang ada. Kedua, dengan outsourcing. Cara outsourcing diterapkan
di banyak perusahaan, salah satunya Toyota. Outsourcing terbukti beefek positif
pada kemajuan dan tingkat efisinsi perusahaan. Melalui outsourcing ini Toyota
mampu memproduksi jumlah kendaraan yang sama dengan General Motor (GM) dengan
10% jumlah pekerja dibandingkan GM.
5) Transparency
in Management Policy (Keterbukaan dalam Manajemen)
Ketika melihat kinerja pegawai perusahaan Jepang,
tiap pekeja terlihat bekerja sungguh-sungguh dan sangat loyal kepada
perusahaan. Mereka bekerja seolah-olah perusahaan tempat mereka bekerja adalah
perusahaan miliknya sendiri. Hal ini terjadi karena pegawai diberikan posisi
yang sama dalam menentukan arah kebijakan perusahaan sehingga loyalitas kepada
perusahaan tercermin pada perkerjaan yang dilakukannya sehari-hari.
6) Maintenance
(Perawatan)
Proses produksi seringkali membuat mesin-mesin dan
fasilitas yang digunakan perusahaan mengalami penurunan kinerja dan
mengakibatkan produksi menurun. Untuk mengatasi masalah ini pembelian mesin
baru atau outsourcing digunakan sebagai solusi. Akan tetapi, apabila kinerja
mesin dapat dijaga dengan perawatan yang baik dan konsisten, maka umur mesin
akan lebih lama. Hal inilah yang diterapkan perusahaan-perusahaan Jepang di
mana mesin-mesin produksi yang digunakan banyak yang sudah tua namun berkinerja
sangat baik. Oleh karena itu, jangan heran ketika berkunjung ke perusahaan
Jepang, akan banyak ditemui mesin tua namun masih beroperasi prima.
7) Human
Resources (Sumber Daya Manusia)
Perusahaan Jepang meletakkan SDM mereka sebagai
bagian penting perusahaan. Apabila SDM yang dimiliki mampu bekerja dengan
kualitas dan efisiensi yang baik maka akan berdampak positif terhadap kinerja
total perusahaan. Oleh karena itu, mereka sering menyelenggarakan pelatihan dan
pembinaan pekerjanya agar kemampuan mereka meningkat.
Nilai-nilai yang dipaparkan itu mengindikasikan
adanya kecenderungan komunitas bisnis Jepang untuk menjunjung kualitas,
tanggung jawab dan kerja kolektif. Nilai-nilai ini menghasilkan keluaran yang
bermutu baik dengan memiliki perangkat kerja yang tangguh dan kuat sehingga
semua ini mampu menjadi dasar atas sebuah konsep manajemen dan produksi yang
efisien, efektif, dan handal.
Jepang merupakan negara industri
besar. Bahkan saat ini Jepang menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat
sebagai negara industri besar di dunia. Produk industri Jepang telah tersebar
ke berbagai pelosok dunia. Produk - produk tersebut meliputi produk permainan,
barang elektronik, mobil/otomotif, obat - obatan/bahan kimia, tekstil, bahan
makanan olahan, semen, kertas dan barang cetakan, kamera, dan alat
transportasi. Bahkan, saat ini hasil industri otomotif Jepang merupakan hasil
industri otomotif terbesar dunia. Hasil pembangunan negara Jepang di bidang
industri ini sangat luar biasa, mengingat Jepang miskin sumber bahan mineral,
sehingga sebagian besar bahan baku industri tersebut diimpor dari negara lain,
termasuk dari Indonesia.
2.3
Industrialisasi di Korea
Negara
korea selatan merupakan sebuah negara industri baru yang memiliki dampak dan
pengaruh yang cukup besar bagi negara-negara sekitarnya. Dimana sangat maju
perkembangan industri dan juga ekonomi yang maju pesat memberikan dampak
pertumbuhan produk dalam negara meningkat dan mempengaruhi ekspor, sehingga
membuat ekspor korea semakin maju dan semakin berkembang di negara-negara lain.
Adanya
tiga bentuk dari pertumbuhan industrialisasi yang akan memberikan keuntungan
bagi korea selatan yaitu:
-
Pendewasaan teknologi digital dan
jaringan
-
Integrasi teknologi inter-disipliner
-
Kerjasama ekonomi antara korea selatan
dan korea utara yang mencapai $1 milyar pada tahun 2006
Ada juga yang memberikan kerugian bagi korea selatan
yaitu:
-
Populasi angkatan kerja muda yang semakin
berkurang
-
Pengikisan dan degradasi lingkungan yang
berakibat kepada dampak lingkungan hidup
-
Hegemoni teknologi, permasalahan hak
cipta
Sebagai salah satu dari empat Macan
Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor pertumbuhan yang memukau,
membuat Korea Selatan ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia. Setelah
berakhirnya PDII, PDB per kapita kira-kira sama dengan negara miskin lainnya di
Afrika dan Asia. Kemudian Perang Korea membuat kondisi semakin parah. Sekarang
PDB per kapita kira-kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan
ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Pada 2004, Korea Selatan bergabung
dengan "klub" dunia ekonomi trilyun dolar.
Kesuksesan ini dicapai pada akhir
1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk
kredit langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu, dan
usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan mentah dan
teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari
konsumsi. Krisis Finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan
Korea Selatan, termasuk rasio utang atau persamaan yang besar, pinjaman luar
yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.
Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada
1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000.
Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena ekonomi dunia yang melambat,
ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan
yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi,
pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%.
Korsel, Negara Ginseng ini adalah
yang tercepat bertransformasi dari negara agraris menjadi negara industri.
Kebijakan industrinya dikenal dengan “export first”, yaitu mengarahkan industrinya
untuk orientasi ekspor. Komitmen yang tinggi terhadap kebijakan industrinya,
mendapat arahan langsung dari presiden. Kebijakan tersebut melahirkan raksasa
Chaebol seperti SK group, Samsung, LG, Hyundai, dan Daewoo.
Pada 1973, Presiden Park mencanangkan
kebijakan Heavy and Chemical Industrialization (HCI) dengan target industri
permesinan, perkapalan, listrik, baja, petrokimia, dan nonferrous metal.
Kebijakan ini melahirkan raksasa industri perkapalan dengan kemampuan membuat
kapal very large cargo carrier(VLCC) oleh Hyundai dan Daewoo. Dan juga
melahirkan industri automotif seperti Hyundai, KIA, dan Daewoo. Industri
semikonduktor Korsel dimulai dengan masuknya investasi AS seperti Komy,
Fairchild, dan Motorolla pada 1960-an (Kim & Kim, 2006).
Pada 1997, Samsung, Hyundai, dan LG
termasuk 10 dari industri yang menguasai pasar dynamic random access memory
(DRAM) terbesar dunia. Pada 2000, Samsung, LG, Appeal, Sewon Telecom, dan
Pantech menguasai pasar 54 persen dunia di CDMA dan 10 persen di GSM.
Korea Selatan yang dianggap tidak
stabil pada 1960-an, saat ini telah berubah menjadi negara industri utama dalam
kurang dari 40 tahun. Pada 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses
internet kecepatan tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan
telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan
kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam
otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB
nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang
relatif merata.
Korea
Utara sendiri lebih mengembangkan industrialisasinya di bidang militer dan juga
pendidikan. Korut sendiri merupakan negara yang beraliran komunis, memiliki
hubungan yang dekat dengan negara-negara yang memiliki paham yang sama seperti
China, vietnam, Kuba dan lainnya. Korut menutup diri dari dunia luar. Peralatan
militer yang dimiliki korut adalah pengembangan nuklir yang terus meningkat
untuk mempertahankan diri dari negara-negara lain. Korut merupakan produsen
apel terbesar menurut FAO pada tahun 2005. Korut juga menghasilkan
barang-barang tambang berupa besi, seng, dan tembaga untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian mereka.
2.4
Industrialisasi negara Taiwan
Taiwan. Selepas Perang Dunia Kedua,
industri Taiwan masih didominasi oleh industri ringan. Pada 1974, Perdana
Menteri YS Sun mengundang tim gabungan dari Taiwan dan AS yang terdiri atas
insinyur dari Bell Labs, IBM, dan beberapa universitas untuk membentuk tim
penasihat teknis untuk membangun industri Integrated Circuit (IC) dan mekanisme
transfer teknologinya. Pada 1984, pemerintah menyetujui membangun industri IC
dan Very Large Scale Integration (VLSI) dengan mendirikan Taiwan Semiconductor
Manufacturing Co (TMSC), dengan porsi saham pemerintah (49 persen), Philips (27
persen), dan swasta lokal (24 persen). Pada 1997, TMSC adalah perusahaan
pembuat IC dengan nilai kontrak terbesar dunia.
Taiwan sukses sebagai negara
industri IC, VLSI, dan komputer. Acer Corp adalah raksasa komputer yang kita
kenal produknya di Indonesia. Berbeda dengan Singapura yang industrinya di
dominasi MNC, tetapi di Taiwan, UKM yang berorientasi ekspor memegang peranan
penting dalam perekonomian. Pada 1985, 65 persen dari ekspor manufaktur berasal
dari UKM (Sun et.al, 2001). Kini Taiwan adalah pemain global industri
elektronika dan kelas dunia industri semikonduktor.
BAB III
KESIMPULAN
Kami telah membuat kesimpulan
sementara bahwa ekspor memimpin pertumbuhan secara keseluruhan di Asia Timur
Utara. Namun, penting untuk dicatat bahwa fase penyesuaian Jepang terhadap
keseimbangan jangka panjang cukup lambat dibandingkan Korea dan Cina. Hal ini
bisa menjadi batu sandungan dalam membentuk regionalisme di Asia Timur. Salah
satu tugas tersulit adalah tentang membuat negara-negara ini bergerak bersama
dalam fase yang sama, yang merupakan alasan perlunya keberlangsungan
regionalisme.
Karena regionalisme merupakan istilah
yang masih abstrak, Regionalisme dalam hal ini sejalan dengan keterbukaan di
mana regionalisme menciptakan pengaturan perdagangan yang meliberalisasikan
beberapa sektor dalam perekonomian. Ini agak menegaskan ketidakefektifan dari
perdagangan segitiga saat ini di Asia Timur Utara. Diharapkan bahwa regionalisme
dapat menghilangkan bias tersebut dalam perdagangan. Lebih jauh lagi, karena
negara-negara Asia Utara Timur memiliki perekonomian dalam skala besar,
pembangunan ekonomi secara substansial akan mempengaruhi negara-negara tetangga
di Asia Timur khususnya ASEAN-4.
Pertumbuhan yang signifikan dari
pasar Cina, Jepang dan Korea bagi ASEAN-4 akan kemudian berfungsi sebagai dasar
bagi Single Wide FTA di Asia Timur. Untuk saat ini banyak muncul negara-negara
industri baru egara-negara industri baru Asia seperti Singapura, Taiwan, Korea
Selatan (Korsel), dan China, setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua (1945)
adalah negara agraris dan masih berbasis industri ringan seperti tekstil dan
alas kaki, kemudian bertransformasi menjadi negara industri. Negara-negara
tersebut,pemerintahnya mempunyai kebijakan (policy)
yang sangat kuat dengan mendorong industrialisasi yang diformulasikan ke dalam
strategi jangka panjang menuju target industrinya. Industrialisasi tidak
terlepas dari transfer teknologi yang dapat terakselerasi melalui masuknya
investasi langsung multinational
corporation (MNC) maupun joint
venture (JV).
Strategi pembangunan dan
industrialisasi memerlukan fase yang berkelanjutan, yang diimplementasikan
dengan penuh komitmen dan terarah, serta menghilangkan hambatan-hambatan
investasi seperti transparansi, perizinan, pembebasan lahan, pajak, bea cukai,
dan ketersediaan infrastruktur. Kebijakan pemerintah dalam membangun
industrinya berbeda-beda, Singapura dengan MNC-nya,Taiwan dengan UKM-nya,
Korsel dengan Chaebol-nya, serta China dengan BUMN-nya. Kebijakan negara
industri baru Asia,yang dapat dijadikan contoh adalah:
Taiwan. Yang berhasil sebagai
negara industri IC, VLSI, dan komputer. Korsel, Kebijakan industrinya dikenal
dengan “export first”, Kebijakan
tersebut melahirkan raksasa Chaebol seperti SK group, Samsung, LG, Hyundai, dan
Daewoo. China, Industrialisasi Negeri Tirai Bambu ini dimulai ketika membuka
diri dengan dunia luar pada 1978. Pada 1986, Kementerian Sains dan Teknologi
mengimplementasikan “Rencana 863”,
yang terdiri atas tujuh kunci sektor teknologi tinggi yaitu IT, bioteknologi,
otomasi, energi, material baru, dan dua di bidang militer. Pada 1992, Deng
Xioping melakukan reformasi ekonomi dengan memudahkan investor asing masuk.
Dalam membangun industrinya, pemerintah mengharuskan skema transfer teknologi
dalam setiap proyek-proyeknya baik di sektor industri, energi, maupun
infrastruktur.
Daftar
Pustaka
Diambil dari bahan makalah kelompok 1 (satu) sampai
6 (enam)
Internet:
Fields, Gery S. Industrialisasi
dan Ketenagakerjaan Hongkong, Singapura, Korea, dan Taiwan. University Cornel
: 1985. http://feriyadir.multiply.com/reviews/item/1
diakses pada tanggal 27 November 2011
Kasmudi, Mudi. Analisa
Ekonomi. http://economy.okezone.com/read/2011/08/02/279/487021/kebijakan-industrialisasi
diakses pada tanggal 27 November 2011
Kasmudi, Mudi. Teknologi
dan Industrialisasi. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/387914/
diakses pada tanggal 27 November 2011
Mas
Wigrantoro Roes Setiyadi, Di Balik Sukses
Ekonomi China dan India lihat http://kakniam.files.wordpress.com/2011/06/dibalik-sukses-ekonomi-china-dan-india.pdf diakses pada
07 Oktober 2011
Rosidi, Ajib. Industri
Jepang. http://feriyadir.multiply.com/reviews/item/1
diakses pada tanggal 27 November 2011
Sidik, Jafar M. Tujuh
Nilai Utama Kekuatan Ekonomi Jepang. http://www.antaranews.com/berita/1263203101/tujuh-nilai-utama-kekuatan-industri-jepang
diakses pada tanggal 27 November 2011
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut